my Inspiration

Kamis, 19 Februari 2015

laporan praktikum Entalpi Pelarutan






LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
ENTALPI PELARUTAN



Nama              : Fajrin Nurul Hikmah
NIM                : 121810301022
Kelompok      : V (Lima)
Kelas               : B
Asisten            : Linda Kartikawati




LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
 

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Termodinamika sangat penting dalam kimia, sebab dengan menggunakan termodinamika kita dapat menduga apakah suatu reaksi akan berlangsung atau tidak, dan apabila reaksi itu berlangsung, dapat dicari kondisi yang bagaimana dapat memaksimumkan produk. Secara umum entalpi pelarutan dapat diartikan sebagai perubahan entalpi pada peristiwa melarutnya 1 mol suatu zat dalam n mol pelarut (air). Atau jika suatu zat yang dilarutkan (dalam air) yang bisa jadi disertai dengan pembebasan kalor (eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm).
1.2  Tujuan
Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.
1.3  Tinjauan Pustaka
1.3.1        MSDS
1.3.1.1 NaOH
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah salah satunya NaOH. NaOH atau biasa dikenal dengan nama sodium hidroksida adalah bahan yang berwujud cairan. NaOH tidak mempunyai bau yang spesifik. Bahan ini tidak mempunyai warna dan juga tidak mempunyai rasa. NaOH mempunyai pH yang sangat basa yaitu 13,5. Berat molekul NaOH sebesar 40 g/mol. Titik didih NaOH adalah 1388oC dan titik leburnya 323oC. NaOH mempunyai spesifik gravitasi sebesar 2,13. NaOH adalah bahan yang sangat mudah larut dalam air dingin. naOH sangat reaktif terhadap logam, oksidator, reduktor, asam, alkali, dan kelembapan. Bahan sangat  korosif terhadap aluminium dan logam lainnya apabila berada dalam keadaan kelembapan. Bahan ini dapat diserap kulit, kontak kulit, kontak mata, terhirup, dan tertelan. Bahan ini dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Apabila kontak langsung dengan bahan ini maka dapat menyebabkan gangguan mata yang berat dan luka bakar. Bahan ini dapat menyebabkan konjungtivitas kimia dan kerusakan kornea. Bahan ini juga dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan apabila terhirup (www.sciencelab.com, 2013).
1.3.1.2 Asam Oksalat
Bahan lain yang juga digunakan dalam praktikum kali ini adalah asam oksalat. Asam oksalat mempunyai rumus kimia H2C2O4. Asam oksalat adalah bahan yang bewujud cairan. Asam oksalat tidak berwarna, tidak memiliki bau dan juga tidak memiliki rasa. Asam oksalat adalah bahan berjenis asam namun tidak sekuat HCl. Titik didih, titik lebur, suhu kritis dan tekanan uap asam oksalat tidak dijelaskan secara detail. Spesifik gravitasi bahan ini yaitu 1,05. Ambang bau pada asam oksalat tidak dijelaskan secara spesifik. Asam oksalat adalah bahan yang larut dalam air. Bahan ini adalah bahan yang stabil namun sedikit reaktif terhadap alkali. Asam oksalat tidak bersifat korosif terhadap kaca. Bahan ini berbahaya dalam kasus kontak kulit, menelan, sedikit berbahaya dalam kasus inhalasi. Asam okslat adalah bahan yang bersifat racun bagi paru-paru dan selaput lendir. Asam oksalat bukanlah bahan yang bersifat mutagenik (www.sciencelab.com, 2013).
1.3.1.3 Indikator PP
Bahan selanjutnya yang digunakan adalah indikator pp. Indikator pp adalah indikator asam basa yang berbentuk bubuk. Warna indikator ini putih kebeningan. Indikator pp memiliki bau seperti lilin, ttik lebur atau rentang lebur bahan ini adalah 130-167oC. Titik nyala pada indikator ini yaitu >400oC. Suhu penguraian bahan ini adalah >300oC. Kepadatan indikator ini yaitu 0,89-0,94 g/cm3. Indikator pp larut dalam air yang mendidih. Bahan ini sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit, mata, dan terhirup. Namun bahan ini dapat menimbulkan debu apabila dipanaskan pada suhu >300oC. Debu yang timbul dapat menyebabkan iritasi pada mata dan pada selaput lendir dan saluran pernafasan. Selain itu juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit (www.sciencelab.com, 2013).
1.3.1.4 Garam Dapur
Bahan selanjutnya dalah garam dapur. Garam dapur berasal dari kristalisasi air laut yang kemudian dibersihkan dan diberi beberapa kandungan mineral lain. Garam dapur biasanya paling banyak mengandung garam natrium klorida atau NaCl. NaCl mempunyai massa molar 58,44 gram/mol, massa jenisnya adalah 2,16 gram/cm3, titik leleh 801oC dan titik didih 1465oC. Garam dapur memiliki kelarutan dalam air sebesar 35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC. Garam dapur tidak berbahaya bila tertelan namun jika dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama. Menimbulkan rasa perih jika terkena kulit yang teriritasi. Menimbulkan iritasi ringan jika terkena mata. Pertolongan yang harus dilakukan apabila terkena bahan ini yaitu dengan membilas mata dan kulit yang terkena garam dapur selama kurang lebih 15 menit. Penyimpanan seharusnya dilakukan di tempat yang sejuk, kering, dan tertutup (www.sciencelab.com , 2013).
1.3.2        Dasar Teori
Termodinamika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara panas dan bentuk energi lain. Pada mulanya perkembangan termodinamika ditujukan untuk meningkatkan efisiensi motor bakar, namun akhir-akhir ini termodinamika banyak dipelajari karena adanya krisis energi dunia. Termodinamika sangat penting dalam kimia, sebab dengan menggunakan termodinamika kita dapat menduga apakah suatu reaksi akan berlangsung atau tidak, dan apabila reaksi itu berlangsung, dapat dicari kondisi yang bagaimana dapat memaksimumkan produk. Tetapi termodinamika mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan reaksi. Entalpi merupakan besaran yang relatif mudah untuk diukur. Besaran tersebut diukur dengan menggunakan kalorimeter. Kalorimeter ini secara sederhana dapat dibuat dari bahan yang mempunyai kapasitas panas yang rendah (Bird, 1993).
Entalpi pelarutan standart suatu zat adalah perubahan entalpi standar jika zat itu melarut didalam pelarut dengan jumlah tertentu.Dimana entalpi suatu zat akan berubah dengan perubahan temperatur, karena entalpi setiap zat dalam suatu reaksi bervariasi dengan cara yang khas. Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada sekumpulan kondisi standar, yang disebut perubahan entalpi standar (ΔH°). Perubahan entalpi standar yang menyertai perubahan keadaan fisik disebut entalpi transisi standar (ΔHtrs°)(Atkins, 1999).
Hal-hal yang mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, ukuran partikel, temperatur, dan tekanan. Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (ΔH) negatif, daya larut turun dengan naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (ΔH) positif, daya larut naik dengan naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap dayalarut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas(Sukardjo, 1997).
Panas pelarutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat solute dalam n mol solvent pada tekanan dan temperatur yang sama. Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom-atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan (Alberty, 1992).
Pada larutan jenuh terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut. Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika kesetimbangan terganggu dengan adanya perubahan temperatur maka konsentrasi larutannya akan berubah. Menurut Van’t Hoff pengaruh temperatur terhadap kelarutan dinyatakan sebagai berikut :
d  ln S/dt  =  (∆H)/RT2
dengan mengintegralkan dari T1 ke T2 maka akan dihasilkan
ln S2/S1 =  (∆H/R) (T1-1-T2-1).
Ln S = -(∆H)/RT + konstanta
Dimana :
S1,S2 = kelarutan masing – masing zat pada temperature T1 dan T2 (g/1000gram solven).
∆H = panas pelarutan (panas pelarutan/ g (gram)).
R = konstanta gas umum.
Secara umum panas pelarutan adalah positif (endodermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka akan semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat – zat yang panas pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu maka akan semakin berkurang zat yang dapat larut (Tim Penyusun, 2014).
BAB 2. Metodelogi Percobaan
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
- Termometer
- Buret 50 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas ukur 250 mL
- Pipet volume 10 mL
- Pengaduk gelas
- Beaker glass 150 mL
- Corong
2.1.2 Bahan
- NaOH 5 M
- Indikator pp
- Asam oksalat
- Es batu
- Garam dapur
2.2. Skema kerja
Rounded Rectangle: Asam Oksalat 
 
a.       Dilarutkan bahan dalam 100 ml akuadespada temperatur kamar sampai keadaan jenuh.
b.      Dimasukkan larutan jenuh beserta termometer dan pengaduk ke dalam waterbath dalam temperatur tertentu.
c.       Larutan diaduk agar suhu dalam sistem homogen. Ditentukan kelarutan dalam akuades pada temperatur 5, 10, 15, 20, 25 °C.
d.      Rounded Rectangle: HasilDiambil 5 ml larutan, lalu dititrasi dengan larutan NaOH menggunakan Indikator PP. Lakukan duplo.




BAB 3. Hasil dan Pengolahan Data

3.1 Hasil

suhu
Volume titrasi NaOH 0,5 M
Massa Erlenmeyer
Massa Erlenmeyer + larutan asam oksalat
Massa larutan asam oksalat
5oC
10 mL
34,851 g
39,851 g
5 g
9,5 mL
34,697 g
39,605 g
4,9 g
10oC
12,3 mL
35,248 g
40,321 g
5,11 g
11 mL
34,830 g
39,188 g
4,36 g
15oC
15,3 mL
34,851 g
39,826 g
4,96 g
14 mL
34,697 g
39,744 g
5,04 g
20oC
19 mL
35,248 g
40,073 g
4,8 g
19,8 mL
34,830 g
39,823 g
4,9 g
25oC         
23,7 mL
34,851 g
39,894 g
5,04 g
23,3 mL
34,697 g
39,887 g
5,2 g

3.2 Pengolahan Data

suhu
molaritas asam oksalat
Mol asam oksalat
Massa asam oksalat
Massa pelarut
Molaritas solute
n solute
Kelarutan asam okaslat
5oC
1 M
5 mmol
0,45 g
4,55 g
1.1 M
5,0 mol
90 J/mol
0,95 M
4,75 mmol
0,43 g
4,47 g
1,06 M
4,74 mol
85,3 J/mol
10oC
12,3 M
6,15 mmol
0,55 g
4,55 g
1,35 M
6,14 mol
110 J/mol
11 M
5,5 mmol
0,50 g
3,86 g
1,42 M
5,5 mol
99 J/mol
15oC
15,3 M
7,65 mmol
0,70 g
4,26 g
1,8 M
7,67 mol
140 J/mol
14 M
7 mmol
0,63 g
4,41 g
1,6 M
7,06 mol
127 J/mol
20oC
19 M
9,5 mmol
0,85 g
3,95 g
2,4 M
9,87 mol
178 J/mol
19,8 M
9,9 mmol
0,90 g
4 g
2,37 M
9,48 mol
171 J/mol
25oC
23,7 M
11,85 mmol
1,06 g
3,98 g
2,97 M
11,82 mol
213 J/mol
23,3 M
11,65 mmol
1,04 g
4,16 g
2,8 M
11,65 mol
210 J/mol

ΔH1 = m.R = 6,28 × 0,99 = 6,21 J/mol
ΔHduplo = m.R = 6,428× 0,98 = 6,3 J/mol





BAB 4. Pembahasan

Praktikum kali ini adalah tentang penentuan entalpi larutan. Entalpi pelarutan atau biasa disebut panas pelarutan diartikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi ketika dua atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur untuk membentuk suatu larutan pada temperatur dan tekanan yang tetap. Pada saat pelarutan, kadang terjadi perubahan energi yang disebabkan adanya perbedaan gaya tarik menarik antara molekul yang sejenis. Besarnya gaya tarik menarik tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan gaya tarik menarik ikatan kimia, sehingga besarnya entalpi pelarutannya akan jauh lebih kecil daripada panas reaksi.
Percobaan kali ini, bahan yang digunakan adalah asam oksalat. Kelarutan asam oksalat diukur pada suhu 5,10,15,20,25 oC. Asam oksalat dilarutkan dalam air sampai keadaan jenuh, dimana suatu zat sudah tidak dapat larut lagi (mengendap) dalam pelarut dengan kata lain proses kecepatan melarut serta mengendap larutan tersebut seimbang. Larutan jenuh ialah larutan yang memiliki kesetimbangan dinamik, maksudnya kesetimbangan dinamis disini adalah bahwa kecepatan melarutnya seimbang dengan kecepatan mengendapnya  suatu zat.
Larutan jenuh dari asam oksalat kemudian direndam dalam es yang telah dicampur dengan garam sambil diaduk-aduk. Fungsi penambahan garam ini yaitu untuk mempertahankan suhu es agar tetap berada pada suhu rendah. Sedangkan fungsi pengadukan itu sendiri adalah agar suhu larutan asam oksalat jenuh segera turun sehingga bisa dilakukan titrasi. larutan asam oksalat jenuh kemudian dititrasi dengan menggunakan NaOH dan penambahan indikator PP. Larutan ini dititrasi dengan NaOH bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat dengan tepat sedangkan penambahan indikator pp bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan warna.
Reaksi antara asam oksalat dengan NaOH merupakan reaksi antara asam lemah dengan basa kuat. Reaksi antara asam lemah dan basa kuat mencapai titik ekivalen pada PH > 7, sehingga harus digunakan indikator yang memiliki trayek kerja pada daerah pH diatas 7. Indikator yang digunakan pada percobaan adalah indikator PP (fenolptalein) yang memiliki trayek pH antara 8,2 – 10,0. Pada percobaan ini, perubahan PP  dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Dari titrasi yang kita lakukan terhadap larutan jenuh asam oksalat dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda, dapat kita ketahui kelarutan asam oksalat pada masing-masing suhu.
            Data dan hasil pada bab 3 menunjukkan semakin tinggi Suhu dari asam oksalat menunjukkan volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi sampai terjadinya perubahan warna semakin banyak. Hal ini berarti semakin tinggi suhu maka larutan tersebut semakin basa. Pada bab 3 tersebut juga menunjukkan bahwa nilai entapi percobaan positif atau endoterm. Menurut literatur, jika sebuah reaksi bersifat endoterm apabila semakin tinggi temperaturnya maka nilai kelarutannya akan semakin besar. Pada bab 3 telah menunjukkan bahwa pada percobaan kali ini semakin tinggi temperatur maka nilai kelarutan juga semakin tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa semua proses yang dilakukan pada percobaan kali ini sudah mendekati benar.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan Penentuan Entalpi Pelarutan ini, dapat disimpulkan bahwa besarnya panas pelarutan atau entalpi pelarutan asam oksalat adalah positif (Endoterm) yaitu sebesar 6,21 J/mol dan 6,3 J/mol. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah asam oksalat yang larut seiring dengan bertambahnya temperatur.

5.2 Saran
Ketelitian pengukuran, kebersihan peralatan dan konsistensi temperatur harus diperhatikan untuk meminimalisir kesalahan yang akan ditimbulkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, Robert.A. 1992. Kimia Fisik. Jakarta : Erlangga.
Anonim. Material Safety Data Sheet Asam Oksalat MSDS. www.sciencelab.com.
Anonim. Material Safety Data Sheet Garam Dapur MSDS. www.sciencelab.com.
Anonim. Material Safety Data Sheet Indikator PP MSDS . www.sciencelab.com.
Anonim. Material Safety Data Sheet NaOH.MSDS . www.sciencelab.com.
Atkins, P.W. 1997. Physical Chemistry. Oxford : Oxford university press.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta  Rineka Cipta.
Tim penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisik I. Jember: Lab kimfis kimia FMIPA.

Perhitungan

1. Molaritas asam oksalat
a. Suhu 5oC
percobaan 1
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 10 mL
M1 = 1 M
Duplo
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 9,5 mL
M1 = 0,95 M

b. Suhu 10oC
percobaan 1
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 12.3 mL
M1 = 1,23M
Duplo
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 11 mL
M1 = 1,1 M

c. Suhu 15oC
percobaan 1
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 15,3 mL
M1 = 1,53 M
Duplo
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 14 mL
M1 = 1,4 M

d. Suhu 20oC
percobaan 1
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 19 mL
M1 = 1,9 M
Duplo
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 19,8 mL
M1 = 1,98 M

e. Suhu 5oC
percobaan 1
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 23,7 mL
M1 = 2,37 M
Duplo
M1 × V1 = M2 × V2
M1 × 5 mL = 0,5 M × 23,3 mL
M1 = 2,33 M

2. Mol asam oksalat
a. suhu 5oC
n1 = M × V = 1 M × 5 mL = 5 mmol
n2 = M × V = 0,95 M × 5 mL = 4,75 mmol

b. suhu 10oC
n1 = M × V = 1,23 M × 5 mL = 6,15 mmol
n2 = M × V = 1,1 M × 5 mL = 5,5 mmol

c. suhu 15oC
n1 = M × V = 1,53 M × 5 mL = 7,65 mmol
n2 = M × V = 1,4 M × 5 mL = 7 mmol

d. suhu 20oC
n1 = M × V = 1,9 M × 5 mL = 9,5 mmol
n2 = M × V = 1,98 M × 5 mL = 9,9 mmol

e. suhu 25oC
n1 = M × V = 2,37 M × 5 mL = 11,85 mmol
n2 = M × V = 23,3 M × 5 mL = 11,65 mmol

3. Massa asam oksalat
a. suhu 5oC
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,45 g
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,43 g

b. suhu 10oC
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,55 g
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,50 g

c. suhu 15oC
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,70 g
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,63 g

d. suhu 20oC
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,85 g
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 0,90 g

e. suhu 25oC
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 1,06 g
massa1 =  × Mr =  × 90 g/mol = 1,04 g

4. massa larutan
a. suhu 5oC
massa larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,851g – 34,851g = 5 g
massa larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,605g – 34,697g = 4,9 g

b. suhu 10oC
massa larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 40,321g – 35,248g = 5,1 g
massa larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,188 g – 34,830g = 4,36 g

c. suhu 15oC
massa larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,826g – 34,851g = 4,96 g
massa larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,744g – 34,697g = 5,04 g

d. suhu 20oC
massa larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 40,073g – 35,248g = 4,8 g
massa larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,823g – 34,830g = 4,9 g

e. suhu 25oC
massa larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,894g – 34,851g = 5.04 g
massa larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer = 39,887g – 34,697g = 5,2 g

5. massa pelarut H2O
a. suhu 5oC
m H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 5g – 0,45g = 4,55 g
m H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,9g – 0,43g = 4,47 g

b. suhu 10oC
m H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,1g – 0,55g = 4,55 g
m H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,36g – 0,50g = 3,86 g

c. suhu 15oC
m H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,96g – 0,7g = 4,26 g
m H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,04g – 0,63g = 4,41 g

d. suhu 20oC
m H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,8g – 0,85g = 3,95 g
m H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,9g – 0,90g = 4 g

e. suhu 25oC
m H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,04g – 1,06g = 3,98 g
m H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,2g – 1,04g = 4,16 g

6. molaritas solute
a. suhu 5oC
m solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 5 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4,55 g = 1,1 M
m solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 4,75 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4,47 g = 1,06 M

b. suhu 10oC
m solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 6,15 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4,55 g = 1,35 M
m solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 5,5 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 3,86 g = 1,42 M

c. suhu 15oC
m solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 7,65 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4,26 g = 1,8 M
m solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 7 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4,41 g = 1,6 M

d. suhu 20oC
m solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 9,5 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 3,95 g = 2,4 M
m solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 9,5 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4 g = 2,37 M

e. suhu 25oC
m solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 11,83 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 3,98 g = 2,97 M
m solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 11,65 mmol/1000 mL × 1000 mL/ 4,16 g = 2,8 M

7. mol solute
a. suhu 5oC
n 1 solute = M solute × massa H2O = 1,1 M × 4,55 g = 5,00 mol
n 2 solute = M solute × massa H2O = 1,06 M × 4,47 g = 4,74 mol

b. suhu 10oC
n 1 solute = M solute × massa H2O = 1,35 M × 4,55 g = 6,14 mol
n 2 solute = M solute × massa H2O = 1,42 M × 3,86 g = 5,5 mol

c. suhu 15oC
n 1 solute = M solute × massa H2O = 1,8 M × 4,26 g = 7,67 mol
n 2 solute = M solute × massa H2O = 1,6 M × 4,41 g = 7,06 mol

d. suhu 20oC
n 1 solute = M solute × massa H2O = 2,4 M × 3,95 g = 9,87 mol
n 2 solute = M solute × massa H2O = 2,37 M × 4 g = 9,48 mol

e. suhu 25oC
n 1 solute = M solute × massa H2O = 2,97 M × 3,98 g = 11,82 mol
n 2 solute = M solute × massa H2O = 2,8 M × 4,16 g = 11,65 mol

8. kelarutan asam oksalat
a. suhu 5oC
S1= n solute × Mr oksalat / 5mL = 5 g× 90 g/mol / 5 mL = 90 g/mL
S2= n solute × Mr oksalat / 5mL = 4,74 g× 90 g/mol / 5 mL = 85,3 g/mL

b. suhu 10oC
S1= n solute × Mr oksalat / 5mL =6,14 g× 90 g/mol / 5 mL = 110 g/mL
S2= n solute × Mr oksalat / 5mL = 5,5 g× 90 g/mol / 5 mL =  99g/mL

c. suhu 15oC
S1= n solute × Mr oksalat / 5mL = 7,67 g× 90 g/mol / 5 mL = 140 g/mL
S2= n solute × Mr oksalat / 5mL = 7,06 g× 90 g/mol / 5 mL = 127 g/mL

d. suhu 20oC
S1= n solute × Mr oksalat / 5mL = 9,87 g× 90 g/mol / 5 mL = 178 g/mL
S2= n solute × Mr oksalat / 5mL = 9,48 g× 90 g/mol / 5 mL = 171 g/mL

e. suhu 25oC
S1= n solute × Mr oksalat / 5mL = 11,82 g× 90 g/mol / 5 mL = 213 g/mL
S2= n solute × Mr oksalat / 5mL = 11,68 g× 90 g/mol / 5 mL = 210 g/mL

9. Nilai ΔH
ΔH1 = m.R = 6,28 × 0,99 = 6,21 J/mol
ΔHduplo = m.R = 6,428× 0,98 = 6,3 J/mol