LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
ENTALPI PELARUTAN
Nama : Fajrin Nurul Hikmah
NIM : 121810301022
Kelompok : V (Lima)
Kelas : B
Asisten
: Linda Kartikawati
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Termodinamika sangat penting dalam
kimia, sebab dengan menggunakan termodinamika kita dapat menduga apakah suatu
reaksi akan berlangsung atau tidak, dan apabila reaksi itu berlangsung, dapat
dicari kondisi yang bagaimana dapat memaksimumkan produk. Secara
umum entalpi pelarutan dapat diartikan sebagai perubahan entalpi pada peristiwa
melarutnya 1 mol suatu zat dalam n mol pelarut (air). Atau jika suatu
zat yang dilarutkan (dalam air) yang bisa jadi disertai dengan pembebasan kalor
(eksoterm) atau penyerapan kalor (endoterm).
1.2 Tujuan
Menentukan pengaruh temperatur
terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1
MSDS
1.3.1.1 NaOH
Bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini adalah salah satunya NaOH. NaOH atau biasa dikenal
dengan nama sodium hidroksida adalah bahan yang berwujud cairan. NaOH tidak
mempunyai bau yang spesifik. Bahan ini tidak mempunyai warna dan juga tidak
mempunyai rasa. NaOH mempunyai pH yang sangat basa yaitu 13,5. Berat molekul
NaOH sebesar 40 g/mol. Titik didih NaOH adalah 1388oC dan titik
leburnya 323oC. NaOH mempunyai spesifik gravitasi sebesar 2,13. NaOH
adalah bahan yang sangat mudah larut dalam air dingin. naOH sangat reaktif
terhadap logam, oksidator, reduktor, asam, alkali, dan kelembapan. Bahan
sangat korosif terhadap aluminium dan
logam lainnya apabila berada dalam keadaan kelembapan. Bahan ini dapat diserap
kulit, kontak kulit, kontak mata, terhirup, dan tertelan. Bahan ini dapat menyebabkan
kerusakan pada paru-paru. Apabila kontak langsung dengan bahan ini maka dapat
menyebabkan gangguan mata yang berat dan luka bakar. Bahan ini dapat
menyebabkan konjungtivitas kimia dan kerusakan kornea. Bahan ini juga dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan apabila terhirup (www.sciencelab.com,
2013).
1.3.1.2 Asam Oksalat
Bahan lain yang juga
digunakan dalam praktikum kali ini adalah asam oksalat. Asam oksalat mempunyai
rumus kimia H2C2O4.
Asam oksalat adalah bahan yang bewujud cairan. Asam oksalat tidak
berwarna, tidak memiliki bau dan juga tidak memiliki rasa. Asam oksalat adalah
bahan berjenis asam namun tidak sekuat HCl. Titik didih, titik lebur, suhu
kritis dan tekanan uap asam oksalat tidak dijelaskan secara detail. Spesifik
gravitasi bahan ini yaitu 1,05. Ambang bau pada asam oksalat tidak dijelaskan
secara spesifik. Asam oksalat adalah bahan yang larut dalam air. Bahan ini
adalah bahan yang stabil namun sedikit reaktif terhadap alkali. Asam oksalat
tidak bersifat korosif terhadap kaca. Bahan ini berbahaya dalam kasus kontak
kulit, menelan, sedikit berbahaya dalam kasus inhalasi. Asam okslat adalah
bahan yang bersifat racun bagi paru-paru dan selaput lendir. Asam oksalat
bukanlah bahan yang bersifat mutagenik (www.sciencelab.com,
2013).
1.3.1.3 Indikator PP
Bahan selanjutnya yang
digunakan adalah indikator pp. Indikator pp adalah indikator asam basa yang
berbentuk bubuk. Warna indikator ini putih kebeningan. Indikator pp memiliki
bau seperti lilin, ttik lebur atau rentang lebur bahan ini adalah 130-167oC.
Titik nyala pada indikator ini yaitu >400oC. Suhu penguraian
bahan ini adalah >300oC. Kepadatan indikator ini yaitu 0,89-0,94
g/cm3. Indikator pp larut dalam air yang mendidih. Bahan ini sedikit
berbahaya dalam kasus kontak kulit, mata, dan terhirup. Namun bahan ini dapat
menimbulkan debu apabila dipanaskan pada suhu >300oC. Debu yang timbul
dapat menyebabkan iritasi pada mata dan pada selaput lendir dan saluran
pernafasan. Selain itu juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit (www.sciencelab.com,
2013).
1.3.1.4 Garam Dapur
Bahan
selanjutnya dalah garam dapur. Garam dapur berasal dari kristalisasi air laut
yang kemudian dibersihkan dan diberi beberapa kandungan mineral lain. Garam
dapur biasanya paling banyak mengandung garam natrium klorida atau NaCl. NaCl
mempunyai massa molar 58,44 gram/mol, massa jenisnya adalah 2,16 gram/cm3,
titik leleh 801oC dan titik didih 1465oC. Garam dapur
memiliki kelarutan dalam air sebesar 35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC.
Garam dapur tidak berbahaya bila tertelan namun jika dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama. Menimbulkan
rasa perih jika terkena kulit yang teriritasi. Menimbulkan iritasi ringan jika
terkena mata. Pertolongan yang harus dilakukan apabila terkena bahan ini yaitu
dengan membilas mata dan kulit yang terkena garam dapur selama kurang lebih 15
menit. Penyimpanan seharusnya dilakukan di tempat yang sejuk, kering, dan
tertutup (www.sciencelab.com , 2013).
1.3.2
Dasar Teori
Termodinamika merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan antara panas dan bentuk energi lain. Pada
mulanya perkembangan termodinamika ditujukan untuk meningkatkan efisiensi motor
bakar, namun akhir-akhir ini termodinamika banyak dipelajari karena adanya
krisis energi dunia. Termodinamika sangat penting dalam kimia, sebab dengan
menggunakan termodinamika kita dapat menduga apakah suatu reaksi akan
berlangsung atau tidak, dan apabila reaksi itu berlangsung, dapat dicari
kondisi yang bagaimana dapat memaksimumkan produk. Tetapi termodinamika
mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan
reaksi. Entalpi merupakan besaran yang relatif mudah untuk diukur. Besaran
tersebut diukur dengan menggunakan kalorimeter. Kalorimeter ini secara
sederhana dapat dibuat dari bahan yang mempunyai kapasitas panas yang rendah
(Bird, 1993).
Entalpi pelarutan
standart suatu zat adalah perubahan entalpi standar jika zat itu melarut
didalam pelarut dengan jumlah tertentu.Dimana entalpi suatu zat akan berubah
dengan perubahan temperatur, karena entalpi setiap zat dalam suatu reaksi
bervariasi dengan cara yang khas. Perubahan entalpi pada saat sistem mengalami
perubahan fisika atau kimia biasanya dilaporkan untuk proses yang terjadi pada
sekumpulan kondisi standar, yang disebut perubahan entalpi standar (ΔH°).
Perubahan entalpi standar yang menyertai perubahan keadaan fisik disebut
entalpi transisi standar (ΔHtrs°)(Atkins, 1999).
Hal-hal yang
mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah jenis zat pelarut, jenis zat terlarut,
ukuran partikel, temperatur, dan tekanan. Pengaruh temperatur tergantung dari
panas pelarutan. Bila panas pelarutan (ΔH) negatif, daya larut turun dengan
naiknya temperatur. Bila panas pelarutan (ΔH) positif, daya larut naik dengan
naiknya temperatur. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap dayalarut zat
padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas(Sukardjo, 1997).
Panas pelarutan adalah
panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat solute dalam n mol
solvent pada tekanan dan temperatur yang sama. Hal ini disebabkan adanya ikatan
kimia dari atom-atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan
integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan
standar dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan
(Alberty, 1992).
Pada larutan jenuh terjadi
kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan dan zat yang tidak terlarut.
Pada keadaan kesetimbangan ini kecepatan melarut sama dengan kecepatan
mengendap dan konsentrasi zat dalam larutan akan selalu tetap. Jika
kesetimbangan terganggu dengan adanya perubahan temperatur maka konsentrasi
larutannya akan berubah. Menurut Van’t Hoff pengaruh temperatur terhadap
kelarutan dinyatakan sebagai berikut :
d ln S/dt = (∆H)/RT2
dengan mengintegralkan dari T1 ke T2 maka akan
dihasilkan
ln S2/S1 = (∆H/R) (T1-1-T2-1).
Ln S = -(∆H)/RT + konstanta
Dimana :
S1,S2 = kelarutan masing – masing zat pada temperature
T1 dan T2 (g/1000gram solven).
∆H = panas pelarutan (panas pelarutan/ g (gram)).
R = konstanta gas umum.
Secara umum panas pelarutan adalah positif
(endodermis) sehingga menurut Van’t Hoff makin tinggi temperatur maka akan
semakin banyak zat yang larut. Sedangkan untuk zat – zat yang panas
pelarutannya negatif (eksotermis), maka semakin tinggi suhu maka akan semakin
berkurang zat yang dapat larut (Tim Penyusun, 2014).
BAB
2. Metodelogi Percobaan
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1
Alat
-
Termometer
-
Buret 50 mL
-
Erlenmeyer 250 mL
-
Gelas ukur 250 mL
-
Pipet volume 10 mL
-
Pengaduk gelas
-
Beaker glass 150 mL
-
Corong
2.1.2
Bahan
-
NaOH 5 M
-
Indikator pp
-
Asam oksalat
-
Es batu
-
Garam dapur
2.2. Skema kerja
a. Dilarutkan
bahan dalam 100 ml akuadespada temperatur kamar sampai keadaan jenuh.
b. Dimasukkan
larutan jenuh beserta termometer dan pengaduk ke dalam waterbath dalam temperatur tertentu.
c. Larutan
diaduk agar suhu dalam sistem homogen. Ditentukan kelarutan dalam akuades pada
temperatur 5, 10, 15, 20, 25 °C.
d. Diambil
5 ml larutan, lalu dititrasi dengan larutan NaOH menggunakan Indikator PP.
Lakukan duplo.
BAB
3. Hasil dan Pengolahan Data
3.1 Hasil
suhu
|
Volume
titrasi NaOH 0,5 M
|
Massa
Erlenmeyer
|
Massa
Erlenmeyer + larutan asam oksalat
|
Massa
larutan asam oksalat
|
5oC
|
10
mL
|
34,851
g
|
39,851
g
|
5
g
|
9,5
mL
|
34,697
g
|
39,605
g
|
4,9
g
|
|
10oC
|
12,3
mL
|
35,248
g
|
40,321
g
|
5,11
g
|
11
mL
|
34,830
g
|
39,188
g
|
4,36
g
|
|
15oC
|
15,3
mL
|
34,851
g
|
39,826
g
|
4,96
g
|
14
mL
|
34,697
g
|
39,744
g
|
5,04
g
|
|
20oC
|
19
mL
|
35,248
g
|
40,073
g
|
4,8
g
|
19,8
mL
|
34,830
g
|
39,823
g
|
4,9
g
|
|
25oC
|
23,7
mL
|
34,851
g
|
39,894
g
|
5,04
g
|
23,3
mL
|
34,697
g
|
39,887
g
|
5,2
g
|
3.2 Pengolahan Data
suhu
|
molaritas
asam oksalat
|
Mol
asam oksalat
|
Massa
asam oksalat
|
Massa
pelarut
|
Molaritas
solute
|
n
solute
|
Kelarutan
asam okaslat
|
5oC
|
1
M
|
5
mmol
|
0,45
g
|
4,55
g
|
1.1
M
|
5,0
mol
|
90
J/mol
|
0,95
M
|
4,75
mmol
|
0,43
g
|
4,47
g
|
1,06
M
|
4,74
mol
|
85,3
J/mol
|
|
10oC
|
12,3
M
|
6,15
mmol
|
0,55
g
|
4,55
g
|
1,35
M
|
6,14
mol
|
110
J/mol
|
11
M
|
5,5
mmol
|
0,50
g
|
3,86
g
|
1,42
M
|
5,5
mol
|
99
J/mol
|
|
15oC
|
15,3
M
|
7,65
mmol
|
0,70
g
|
4,26
g
|
1,8
M
|
7,67
mol
|
140
J/mol
|
14
M
|
7
mmol
|
0,63
g
|
4,41
g
|
1,6
M
|
7,06
mol
|
127
J/mol
|
|
20oC
|
19
M
|
9,5
mmol
|
0,85
g
|
3,95
g
|
2,4
M
|
9,87
mol
|
178
J/mol
|
19,8
M
|
9,9
mmol
|
0,90
g
|
4
g
|
2,37
M
|
9,48
mol
|
171
J/mol
|
|
25oC
|
23,7
M
|
11,85
mmol
|
1,06
g
|
3,98
g
|
2,97
M
|
11,82
mol
|
213
J/mol
|
23,3
M
|
11,65
mmol
|
1,04
g
|
4,16
g
|
2,8
M
|
11,65
mol
|
210
J/mol
|
ΔH1
= m.R = 6,28 × 0,99 = 6,21 J/mol
ΔHduplo
= m.R = 6,428× 0,98 = 6,3 J/mol
BAB
4. Pembahasan
Praktikum kali ini
adalah tentang penentuan entalpi larutan. Entalpi pelarutan atau biasa disebut
panas pelarutan diartikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi ketika dua
atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur untuk membentuk suatu
larutan pada temperatur dan tekanan yang tetap. Pada saat pelarutan, kadang
terjadi perubahan energi yang disebabkan adanya perbedaan gaya tarik menarik
antara molekul yang sejenis. Besarnya gaya tarik menarik tersebut jauh lebih
kecil dibandingkan dengan gaya tarik menarik ikatan kimia, sehingga besarnya
entalpi pelarutannya akan jauh lebih kecil daripada panas reaksi.
Percobaan kali ini,
bahan yang digunakan adalah asam oksalat. Kelarutan asam oksalat diukur pada
suhu 5,10,15,20,25 oC. Asam oksalat dilarutkan dalam air sampai
keadaan jenuh, dimana suatu zat sudah tidak dapat larut lagi (mengendap) dalam
pelarut dengan kata lain proses kecepatan melarut serta mengendap larutan
tersebut seimbang. Larutan jenuh ialah larutan yang memiliki kesetimbangan
dinamik, maksudnya kesetimbangan dinamis disini adalah bahwa kecepatan
melarutnya seimbang dengan kecepatan mengendapnya suatu zat.
Larutan jenuh dari asam
oksalat kemudian direndam dalam es yang telah dicampur dengan garam sambil
diaduk-aduk. Fungsi penambahan garam ini yaitu untuk mempertahankan suhu es
agar tetap berada pada suhu rendah. Sedangkan fungsi pengadukan itu sendiri
adalah agar suhu larutan asam oksalat jenuh segera turun sehingga bisa
dilakukan titrasi. larutan asam oksalat jenuh kemudian dititrasi dengan
menggunakan NaOH dan penambahan indikator PP. Larutan ini dititrasi dengan NaOH
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam oksalat dengan tepat sedangkan
penambahan indikator pp bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan warna.
Reaksi antara asam oksalat dengan
NaOH merupakan reaksi antara asam lemah dengan basa kuat. Reaksi antara asam
lemah dan basa kuat mencapai titik ekivalen pada PH > 7, sehingga harus
digunakan indikator yang memiliki trayek kerja pada daerah pH diatas 7. Indikator
yang digunakan pada percobaan adalah indikator PP (fenolptalein) yang memiliki
trayek pH antara 8,2 – 10,0. Pada percobaan ini, perubahan PP dari tidak
berwarna menjadi berwarna merah muda. Dari titrasi yang kita lakukan terhadap
larutan jenuh asam oksalat dengan perlakuan suhu yang berbeda-beda, dapat kita
ketahui kelarutan asam oksalat pada masing-masing suhu.
Data
dan hasil pada bab 3 menunjukkan semakin tinggi Suhu dari asam oksalat
menunjukkan volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi sampai terjadinya
perubahan warna semakin banyak. Hal ini berarti semakin tinggi suhu maka
larutan tersebut semakin basa. Pada bab 3 tersebut juga menunjukkan bahwa nilai
entapi percobaan positif atau endoterm. Menurut literatur, jika sebuah reaksi
bersifat endoterm apabila semakin tinggi temperaturnya maka nilai kelarutannya
akan semakin besar. Pada bab 3 telah menunjukkan bahwa pada percobaan kali ini
semakin tinggi temperatur maka nilai kelarutan juga semakin tinggi. Hal ini
menjelaskan bahwa semua proses yang dilakukan pada percobaan kali ini sudah
mendekati benar.
BAB
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan Penentuan Entalpi
Pelarutan ini, dapat disimpulkan bahwa besarnya panas pelarutan atau entalpi pelarutan asam oksalat adalah positif (Endoterm) yaitu sebesar 6,21
J/mol dan 6,3 J/mol.
Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah asam oksalat yang larut
seiring dengan bertambahnya temperatur.
5.2 Saran
Ketelitian
pengukuran, kebersihan peralatan dan konsistensi temperatur harus diperhatikan
untuk meminimalisir kesalahan yang akan ditimbulkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alberty,
Robert.A. 1992. Kimia Fisik. Jakarta
: Erlangga.
Atkins, P.W. 1997. Physical Chemistry. Oxford : Oxford university press.
Bird,
Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Sukardjo.
1989. Kimia Fisika. Jakarta Rineka Cipta.
Tim
penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Kimia
Fisik I. Jember: Lab kimfis kimia FMIPA.
Perhitungan
1.
Molaritas asam oksalat
a.
Suhu 5oC
percobaan
1
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 10 mL
M1
= 1 M
Duplo
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 9,5 mL
M1
= 0,95 M
b.
Suhu 10oC
percobaan
1
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 12.3 mL
M1
= 1,23M
Duplo
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 11 mL
M1
= 1,1 M
c.
Suhu 15oC
percobaan
1
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 15,3 mL
M1
= 1,53 M
Duplo
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 14 mL
M1
= 1,4 M
d.
Suhu 20oC
percobaan
1
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 19 mL
M1
= 1,9 M
Duplo
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 19,8 mL
M1
= 1,98 M
e.
Suhu 5oC
percobaan
1
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 23,7 mL
M1
= 2,37 M
Duplo
M1
× V1 = M2 × V2
M1
× 5 mL = 0,5 M × 23,3 mL
M1
= 2,33 M
2.
Mol asam oksalat
a.
suhu 5oC
n1
= M × V = 1 M × 5 mL = 5 mmol
n2
= M × V = 0,95 M × 5 mL = 4,75 mmol
b.
suhu 10oC
n1
= M × V = 1,23 M × 5 mL = 6,15 mmol
n2
= M × V = 1,1 M × 5 mL = 5,5 mmol
c.
suhu 15oC
n1
= M × V = 1,53 M × 5 mL = 7,65 mmol
n2
= M × V = 1,4 M × 5 mL = 7 mmol
d.
suhu 20oC
n1
= M × V = 1,9 M × 5 mL = 9,5 mmol
n2
= M × V = 1,98 M × 5 mL = 9,9 mmol
e.
suhu 25oC
n1
= M × V = 2,37 M × 5 mL = 11,85 mmol
n2
= M × V = 23,3 M × 5 mL = 11,65 mmol
3.
Massa asam oksalat
a.
suhu 5oC
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,45 g
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,43 g
b.
suhu 10oC
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,55 g
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,50 g
c.
suhu 15oC
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,70 g
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,63 g
d.
suhu 20oC
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,85 g
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 0,90 g
e.
suhu 25oC
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 1,06 g
massa1
= × Mr = × 90 g/mol = 1,04 g
4.
massa larutan
a.
suhu 5oC
massa
larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,851g – 34,851g = 5 g
massa
larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,605g – 34,697g = 4,9 g
b.
suhu 10oC
massa
larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
40,321g – 35,248g = 5,1 g
massa
larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,188 g – 34,830g = 4,36 g
c.
suhu 15oC
massa
larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,826g – 34,851g = 4,96 g
massa
larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,744g – 34,697g = 5,04 g
d.
suhu 20oC
massa
larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
40,073g – 35,248g = 4,8 g
massa
larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,823g – 34,830g = 4,9 g
e.
suhu 25oC
massa
larutan 1 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,894g – 34,851g = 5.04 g
massa
larutan 2 = (massa erlenmeyer + larutan asam oksalat) – massa erlenmeyer =
39,887g – 34,697g = 5,2 g
5.
massa pelarut H2O
a.
suhu 5oC
m
H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 5g – 0,45g = 4,55 g
m
H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,9g – 0,43g = 4,47 g
b.
suhu 10oC
m
H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,1g – 0,55g = 4,55 g
m
H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,36g – 0,50g = 3,86 g
c.
suhu 15oC
m
H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,96g – 0,7g = 4,26 g
m
H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,04g – 0,63g = 4,41 g
d.
suhu 20oC
m
H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,8g – 0,85g = 3,95 g
m
H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 4,9g – 0,90g = 4 g
e.
suhu 25oC
m
H2O 1 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,04g – 1,06g = 3,98 g
m
H2O 2 = massa larutan – massa asam oksalat = 5,2g – 1,04g = 4,16 g
6.
molaritas solute
a.
suhu 5oC
m
solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 5 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4,55 g = 1,1 M
m
solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 4,75 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4,47 g = 1,06 M
b.
suhu 10oC
m
solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 6,15 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4,55 g = 1,35 M
m
solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 5,5 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 3,86 g = 1,42 M
c.
suhu 15oC
m
solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 7,65 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4,26 g = 1,8 M
m
solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 7 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4,41 g = 1,6 M
d.
suhu 20oC
m
solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 9,5 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 3,95 g = 2,4 M
m
solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 9,5 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4 g = 2,37 M
e.
suhu 25oC
m
solute 1 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 11,83 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 3,98 g = 2,97 M
m
solute 2 = n oksalat/1000 mL × 1000 mL/ m H2O = 11,65 mmol/1000 mL ×
1000 mL/ 4,16 g = 2,8 M
7.
mol solute
a.
suhu 5oC
n
1 solute = M solute × massa H2O = 1,1 M × 4,55 g = 5,00 mol
n
2 solute = M solute × massa H2O = 1,06 M × 4,47 g = 4,74 mol
b.
suhu 10oC
n
1 solute = M solute × massa H2O = 1,35 M × 4,55 g = 6,14 mol
n
2 solute = M solute × massa H2O = 1,42 M × 3,86 g = 5,5 mol
c.
suhu 15oC
n
1 solute = M solute × massa H2O = 1,8 M × 4,26 g = 7,67 mol
n
2 solute = M solute × massa H2O = 1,6 M × 4,41 g = 7,06 mol
d.
suhu 20oC
n
1 solute = M solute × massa H2O = 2,4 M × 3,95 g = 9,87 mol
n
2 solute = M solute × massa H2O = 2,37 M × 4 g = 9,48 mol
e.
suhu 25oC
n
1 solute = M solute × massa H2O = 2,97 M × 3,98 g = 11,82 mol
n
2 solute = M solute × massa H2O = 2,8 M × 4,16 g = 11,65 mol
8.
kelarutan asam oksalat
a.
suhu 5oC
S1=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 5 g× 90 g/mol / 5 mL = 90 g/mL
S2=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 4,74 g× 90 g/mol / 5 mL = 85,3 g/mL
b.
suhu 10oC
S1=
n solute × Mr oksalat / 5mL =6,14 g× 90 g/mol / 5 mL = 110 g/mL
S2=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 5,5 g× 90 g/mol / 5 mL = 99g/mL
c.
suhu 15oC
S1=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 7,67 g× 90 g/mol / 5 mL = 140 g/mL
S2=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 7,06 g× 90 g/mol / 5 mL = 127 g/mL
d.
suhu 20oC
S1=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 9,87 g× 90 g/mol / 5 mL = 178 g/mL
S2=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 9,48 g× 90 g/mol / 5 mL = 171 g/mL
e.
suhu 25oC
S1=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 11,82 g× 90 g/mol / 5 mL = 213 g/mL
S2=
n solute × Mr oksalat / 5mL = 11,68 g× 90 g/mol / 5 mL = 210 g/mL
9.
Nilai ΔH
ΔH1
= m.R = 6,28 × 0,99 = 6,21 J/mol
ΔHduplo
= m.R = 6,428× 0,98 = 6,3 J/mol