LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
KEKENTALAN DAN
TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN
Nama : Fajrin Nurul Hikmah
NIM : 121810301022
Kelompok : V (Lima)
Kelas : B
Asisten
: Ika Puji Lestari
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Setiap zat cair
mempunyai sifat kental dan koefisien kekentalan yang berbeda-beda. Suatu zat
cair memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang dimasukan
kedalamnya mendapat gaya tahanan yang diakibatkan peristiwa gesekan antara
permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Misalnya, apabila kita memasukkan
sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula turun
dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair. Hambatan-hambatan
itulah yang kita namakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibat viskositas zat
cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan terhadap kecepatan batu.
Kekentalan adalah sifat
zat cair untuk melawan tegangan geser pada waktu bergerak/mengalir. Kekentalan
zat cair ini disebabkan adanya kohesi (gaya tarik menarik) antar partikel zat
cair. Zat cair ideal dianggap tidak mempunyai kekentalan, dan zat cair riil
dianggap mempunyai kekentalan. Contoh zat cair yang mempunyai kekentalan basar
yaitu oli, sirup, dan minyak sayur, sedangkan yang mempunyai kekentalan kecil
yaitu air dan bensin.
1.2 Tujuan
1.
Mengamati
angka kental relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai
pembanding.
2.
Menentukan
tenaga pengaktifan zat cair.
3.
Membandingkan
angka kental zat cair dengan kedua metode.
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1
MSDS
a. Air (akuades)
Bahan yang digunakan adalah air atau
akuades. Aquades berbentuk cairan dan tidak berwarna. Aquades tidak berbau dan
tidak mempunyai rasa yang khusus. Berat molekul aquades adalah 18,2 g/mol. pH
aquades adalah 7 yang berarti aquades ber-pH normal. Titik didih aquades yaitu
sebesar 100°C (212°F). Tekanan uap pada aquades adalah 2,3 kPa dengan densitas
uap sebesar 0,62. Massa jenis dari aquades adalah 1 g/L. Potensi Efek Kesehatan
Akut yang bisa ditimbulkan bila terkena aquades yaitu tidak korosif bagi kulit.
tidak iritasi bagi kulit. tidak sensitizer untuk kulit. tidak mengiritasi mata.
tidak berbahaya apabila tertelan, tidak berbahaya apabila terhirup. Tidak
menimbulkan iritasi bagi paru-paru dan tidak sensitizer untuk paru-paru. Potensi
Efek Kesehatan kronis yang mungkin bisa ditimbulkan oleh bahan ini yaitu tidak
korosif bagi kulit. tidak mengiritasi kulit. tidak mengiritasi mata. Bahan ini
tidak memiliki efek karsinogenik, efek mutagenik dan efek teratogenik bagi
manusia. Aquades adalah bahan yang tidak
mudah terbakar sehingga penanganan pada kebakaran tidak diperlukan. Apabila
bahan ini tumpah dalam volume yang kecil maka cukup ditangani dengan mengepel
tempat yang terkena bahan atau menyerap dengan bahan kering inert dan
menempatkan dalam wadah pembuangan limbah yang baik. Apabila bahan yang tumpah
dalam volume banyak maka bisa ditangani dengan diserap memakai bahan inert dan
menempatkan bahan yang tertumpah dalam pembuangan limbah yang baik. Penyimpanan
bahan ini tidak dmemerlukan tempat yang khusus. Bahan bisa disimpan di tempat
yang bersih dan bersuhu normal. Alat pelindung diri yang bisa di pakai saat
memakai bahan ini adalah memakai jas lab. Kaca mata pelindung. masker dan sarung
tangan (Anonim, 2013).
b. Aseton
Aseton berbentuk cairan dan memiliki
bau yang harum. Aseton mempunyai warna yang jelas dan mempunyai rasa yang agak
manis. Berat molekul aseton yaitu 58.08 g / mol.Titik didih yang dimiliki
aseton yaitu 56,2 ° C (133,2 °/ F ) dan titik leburnya yaitu -95,35 ( -139,6 °/
F ). Suhu kritis pada aseton yaitu 235 ° C ( 455 ° /F ). Berat jenis pada
aseton yaitu 0.79 ( Air = 1 ). Aseton apabila terkena manusia akan berbahaya bagi
kulit, mata. Aseton merupakn racun bagi sistem saraf. Mungkin menjadi racun
bagi ginjal, sistem reproduksi, hati, kulit. Tindakan pertolongan pertama
apabila terkena bahan ini adalah apabila terkena mata maka periksa dan lepaskan
lensa kontak . Segera basuh mata dengan air selama minimal 15 menit dengan
kelopak mata terbuka. Dapat menggunakan air dingin. Apabila terkena kulit maka segera
siram kulit dengan air. Tutupi kulit
yang teriritasi dengan yg melunakkan. Apabila terhirup maka segera pindah untuk
mencari udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit
bernapas, berikan oksigen. Dapatkan medis perhatian jika gejala muncul. apabila
ertelan jangan memancing korban untuk muntah kecuali diarahkan untuk
melakukannya oleh tenaga medis. Dilarang memberikan apapun melalui mulut kepada
korban. Kendurkan pakaian ketat seperti kerah , dasi , ikat pinggang. Bahan ini
mudah terbakar di hadapan nyala api terbuka dan percikan api. Jika terjadi
kebakaran kecil maka gunakan bubuk kimia kering. Namun jika kebakaran besar
maka gunakan busa alkohol, semprotan air atau kabut. apabila tumpah dalam
jumlah sedikit maka encerkan dengan air dan mengepel, atau menyerap dengan
bahan kering inert dan menempatkan dalam wadah pembuangan limbah yang baik.
Apabila tumpah dalam jumlah besar jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api.
Hentikan kebocoran jika tanpa risiko. Simpan bahan dalam tempat terkunci.
Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber api. Gunakan perlindungan pribadi
seperti Splash kacamata. Lab mantel. Respirator uap. Sarung tangan (Anonim,
2014).
c. Alkohol
Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Hal ini karena pada
umumnya etanol yang digunakan pada berbagai macam minuman. Alkohol ini berupa cairan tak berwarna, mudah
menguap pada suhu rendah dan juga mudah terbakar. Alkohol dapat larut dalam air
dan pelarut organik. Jika alkohol
terkena mata akan menyebabkan iritasi mungkin meneyebabkan konjungtivitas dan
ganguan pada kornea. Penanganannya adalah dengan membilas dengan air bersih
sebanyak-banyaknya selama kurang lebih 15 menit. Jika tertelan, alkohol dengan
konsentrasi tinggi memungkinkan terjadinya sakit kepala, pusing, atau bahkan
koma. Saat konsentrasi
rendah juga dapat menimbulkan pusing. Tindakan penanganan adalah dengan
memberiakan
susu atau air putih, namun jangan berikan makanan dan segera rujuk ke tempat
medis. Jika terhirup berpeluang menimbulkan efek mutagenik. Jika terhirup maka
segera dibawa ke udar terbuka. Jika terdapat gangguan nafas, maka berikan
bantuan pernafasan atau oksigen. Penyimpanan dilakukan di tempat yang tertutup,
bersih, dan pada temperatur kamar (Anonim, 2014).
1.3.2
Dasar Teori
Kekentalan
adalah suatu sifat sistem yang sangat erat hubungannya dengan proses aliran.
Dipandang dari dua lapisan zat alir ( zalir ) masing-masing mempunyai zat A,
jarak kedua lapisan dy bergerak dengan arah yang sama dan mempunyai selisih
kecepatan dv, kekentalan η yang didefinisikan sebagai :
F = -A η dv/dy ,
F : gaya gesek yang bersifat melawan
aliran (tanda negative menunjukkan arah gaya gesek berlawanan dengan arah
kecepatan nisbi dv) (Tim Penyusun, 2014).
Sebagai
sifat sistem, kekentalan mempunyai hubungan dengan sifat sistem yang lain,
misalnya temperatur. Pengaruh temperatur terhadap kekentalan zat cair dapat
dinyatakan dengan persamaan :
ln η = ln a + E / ( RT ),
dimana a dan e adalah tetapan.
persamaan ini dapat dinyatakan :
η = A exp [ E/(RT) ],
E adalah tenaga pengaktifan aliran,
yang harganya dapat ditentukan dengan cara membuat grafik ln η dengan 1/T (Tim
Penyusun, 2014).
Viskositas suatu cairan
murni atau larutan merupakan indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat
diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui tabung berbentuk silinder.
Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik
untuk cairan maupun gas (Bird, 1993).
Viskositas adalah indek
hambatan alir cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran
cairan yang melalui tabung berbentuk silinder. Viskositas ini juga di sebut
sebai kekentalan suatu zat. Jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per
satuan waktu :
η = viskositas cairan
V = total volume cairan
t = waktu yanf bibutuhkan untuk mengalir
P = tekanan yang bekerja pada cairan
L = panjang pipa
(Bird, 1993).
V = total volume cairan
t = waktu yanf bibutuhkan untuk mengalir
P = tekanan yang bekerja pada cairan
L = panjang pipa
(Bird, 1993).
Makin kental suatu
cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk membuatnya mengalir pada
kecepatan tertentu. Viskositas dispersi kolodial dipengaruhi oleh bentuk
partikel dari fase dispers. Koloid-koloid berbentuk bola membentuk sistem
dispersi dengan viskositas rendah, sedang sistem dispersi yang
mengandung koloid-koloid linier viskositasnya lebih tinggi. Hubungan antara bentuk
dan viskositas merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel (Moechtar,1990).
Cairan mempunyai gaya
gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas,hingga cairan mempunyai
koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas gas bertambah
dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu
besar, tidak tergantung tekanan,tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan
(Bird, 1993).
Pada viskometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan
oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu
cairan dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian diisap melalui labu pengukur
dari viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari pada batas “a”,
stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas “b”, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara “a” dan
“b” dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antara kedua ujung
pipa U dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan (Atkins
,1997).
Viskometer lain yang dapat digunakan untuk mengukur
viskositas adalah viskometer Hoppler. Pada viskometer ini yang diukur adalah
waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi
tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang
berviskositas dengan kecepatan yang
semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum (Sukardjo, 1997).
Pada
viskometer oswald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah
tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan
oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu
cairan (misalnya 10 cm3, bergantung pada ukuran viskometer) dipipet
ke dalam viskometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu pengukur dari
viskometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. Cairan
kemudian dibiarkan turun. Ketika permukaan cairan turun melewati batas a,
stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas b, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a
dan b dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekan antra kedua
ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis cairan (Respati,
1981).
Pada
Viskometer Hoppler yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah
bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena andanya
gravitasi akan jatuh melaui medium yang berviskositas (seperti cairan
misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan
maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitas sama dengan frictional
resistance medium (Bird, 1993).
BAB
2.
METODELOGI PERCOBAAN
2.1
Alat
- Viskosimeter
Ostwaltd
- Piknometer
bertermometer 1
- Corong
gelas
- Stopwatch
2.2 Bahan
- Air
- Aseton
- Alkohol
-
Zat
X
2.3 Cara Kerja
2.3.1
Cara Ostwalts
- Ditentukan
rapat dengan piknometer
- Dibersihkan
betul-betul alat
dengan asam
- Dikeringkan
dengan pompa
- Diisi
dengan air secukupnya, air dinaikkan lebih tinggi dari tanda paling atas
- Dihidupkan
stopwatch
- Dimatikan
stopwatch saat setelah tanda paling bawah, lalu ditentukan waktu alir
- Diulangi
untuk alcohol, aseton, dan zat x
|
|
-
Ditentukan rapat bola dan rapat zat cair
dengan piknometer
-
Dimasukkan bola ke dalam tabung miring
yang telah diisi aquades
-
Dihidupkan stopwatch setelah tanda
paling atas
-
Dimatikan stopwatch setelah melewati
tanda paling bawah
-
Ditentukan waktunya.
-
Diulangi sebanyak 3 kali dengan tabung
di balik.
-
|
BAB
3.
DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
3.1.
Data/Hasil
Percobaan
No
|
Zat
|
Temperatur
()
|
Massa
1
(gram)
|
Massa
2
(gram)
|
Massa
3
(gram)
|
Waktu
(sekon)
|
Waktu
(sekon)
|
1
|
air
|
30,05
|
35,44
|
35,44
|
35,40
|
25,1
|
25,3
|
2
|
Alkohol
|
27
|
33,41
|
33,40
|
33,40
|
34,2
|
34,2
|
33
|
33,38
|
33,37
|
33,37
|
41,5
|
41,3
|
||
38
|
33,29
|
33,29
|
33,29
|
40,4
|
40,6
|
||
3
|
Aseton
|
27
|
34,00
|
34,00
|
34,01
|
14,3
|
14,1
|
33
|
33,90
|
33,89
|
33,89
|
14,4
|
14,7
|
||
38
|
33,43
|
33,42
|
33,40
|
14,0
|
13,8
|
||
4
|
Zat x
|
27
|
35,16
|
35,16
|
35,16
|
32,1
|
32,7
|
33
|
35,19
|
35,19
|
35,18
|
31,7
|
31,6
|
||
38
|
35,18
|
35,18
|
35,18
|
30,0
|
29,9
|
3.2 Perhitungan
Zat
|
Temperatur
(oC)
|
Massa Zat
(gram)
|
(gr/mL)
|
|
1/T
|
ln
|
Alkohol
|
27
|
7,14
|
0,714
|
0,83
|
0.00333
|
-0,18
|
33
|
7,11
|
0,711
|
1,01
|
0,00326
|
-0,009
|
|
38
|
7,03
|
0,703
|
0,97
|
0,00321
|
-0,97
|
|
Aseton
|
27
|
7,74
|
0,774
|
0,375
|
0.00333
|
-0,98
|
33
|
7,63
|
0,763
|
0,378
|
0,00326
|
-0,97
|
|
38
|
7,16
|
0,716
|
0,34
|
0,00321
|
-1,07
|
|
Zat X
|
27
|
8,90
|
0,890
|
0,98
|
0.00333
|
-0,02
|
33
|
8,93
|
0,893
|
0,96
|
0,00326
|
-0,04
|
|
38
|
8,92
|
0,892
|
0,91
|
0,00321
|
-0,09
|
BAB
4. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah kekentalan dan tenaga
pengaktifan aliran yang bertujuan untuk mengamati angka kekentalan angka kental
relatif suatu zat cair dengan cara menggunakan air sebagai pembanding dan untuk menentukan tenaga pengaktifan zat cair.
Metode yang digunakan pada
percobaan ini adalah metode Ostwald. Cara Ostwald berdasarkan hukum Heagen
Poiseuille dengan prinsipnya didasarkan
pada waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan air
yang viskositasnya sudah diketahui untuk melewati 2 tanda tersebut.
Kemudian diukur juga massa jenis suatu zat menggunakan piknometer. Kekentalan
suatu zat cair juga bisa disebut viskositas. Viskositas menggambarkan penolakan
dalam fluida
kepada aliran dan prinsip ini
dapat digunakan sebagai sebuah cara untuk mengukur
gesekan fluida.
Viskositas
itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah
temperatur dan tekanan. Semakin
tinggi temperatur maka semakin rendah nilai kekentalan. Hal ini disebabkan
gaya-gaya kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan
semakin bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunnya
viskositas dari zat cair tersebut. Oleh karena itu, semakin tinggi temperatur
maka cairan semakin encer. Suatu viskositas akan menjadi lebih tinggi jika temperatur
mengalami penurunan karena pada saat temperatur di naikkan maka
partikel-partikel penyusun zat tersebut bergerak secara acak sehingga kekentalan
akan mengalami penurunan,
jika
temperatur mengalami penurunan akan terjadi kenaikan viskositas.
Langkah pertama
yaitu menentukan massa jenis. Pengukuran
massa jenis dilakukan dengan memasukkan zat ke dalam piknometer 10 mL kemudian
menimbangnya sebanyak tiga kali. Penimbangan ini bertujuan agar didapatkan
hasil rata-rata sehingga dapat mengurangi kesalahan penimbangan. Setelah dilakukan penimbangan maka akan diperoleh hasilnya seperti
pada tabel 3.1 kolom massa, dari hasil tersebut dapat diamati untuk zat yang
sama pada suhu yang berbeda maka akan mengalami perbedaan massa zat. Pengukuran massa jenis ini dilakuakn pada tiga variasi temperatur yang
berbeda karena ada pengaruh temperatur suatu zat terhadap massa jenisnya.
Ketika temperatur naik maka interaksi antar molekulnya akan menurun dan
pergerakan partikel menjadi lebih cepat. Penurunan interaksi ini akan
mengakibatkan rapatan molekul juga menurun sehingga massanya juga menurun. Karena massa
jenis dpengaruhi oleh massa suatu zat, maka pada temperatur yang meningkat
massa jenis suatu zat akan menurun. Sebaliknya ketika temperatur diturunkan
pergerakan partikel berkurang, interaksi antar molekunya menjadi lebih besar,
dan rapatannya meningkat sehingga massa dari suatu zat akan bertambah. Massa
yang bertambah akan menyebabkan massa jenis suatu zat meningkat. Pada percobaan ini penurunan massa jenis setiap
bahan sangat kecil. Namun pada zat X semakin tinggi suhunya nilai massa
jenisnya ada yang tidak berkurang. Hal ini diakibatkan karena kurangnya
ketelitian praktikan dalam melakukan praktikum.
Percobaan kali ini juga menentukan kekentalan suatu zat. Pengukuran ini
dapat dilakukan dengan membandingkan angka kekentalan air yang telah diketahui
pada tabel dengan angka kekentalan zat X, aseton, dan alkohol. Persamaan yang
digunakan adalah
Kekentalan suatu
zat juga dapat digunakan untuk mengetahui besar energi pengaktifan atau energi
aktifasi. Energi
pengaktifan aliran adalah energi yang dibutuhkan untuk mengaktifkan
gerakan-gerakan partikel zat cair secara kontinu sehingga menghasilkan sebuah
aliran. Semakin kental suatu zat cair maka energi
pengaktifan semakin kecil. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kekentalan
maka waktu yang dibutuhkan oleh suatu zat cair untuk bergerak mengalir akan
semakin cepat. Energi pengaktifan dapat diperoleh dengan memplotkan ln pada sumbu y dan pada sumbu x. Dari grafik
tersebut akan diketahui nilai slop atau kemiringan (m). Persamaan untuk
menghitung energi pengaktifan adalah . R merupakan ketetapan gas ideal yaitu 8,134 JK-1mol-1.
Dari persamaan tersebut dapat diketahui besarnya energi pengaktifan dari masing-masing zat yang dicari.
Berikut
grafik hubungan ln dengan .
y
= mx + c
= -1343x + 4,320
m = E = m x R (R = 8,314 j / k mol)
= -1343 x 8,314 j / k mol
= -11165 j = -11,165 Kj = 11,165 Kj
y
= mx + c
= 692,6x-3,269
m = E = m x R (R = 8,314 j / k mol)
= 0,029 x 8,314 j / k mol
= 5758,27 j = 5,75827 Kj.
y
= mx + c
= 564,2x - 1,893
m = E = m x R (R = 8,314 j / k mol)
= 564,2x 8,314 j / k mol
= 4691 j = 4,691 Kj
BAB
5. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a.
Angka kekentalan
zat cair dapat ditentukan dengan cara oswald
menggunakan air sebagai pembanding, dimana semakin tinggi suhu maka semakin rendah angka
kekentalannya.
b.
Besarnya tenaga
pengaktifan zat cair dengan menggambarkan grafik antara ln η dan 1/T yaitu pada
aseton 5,75827
Kj. Alkohol 11,165 Kj. Dan pada zat X 4,691 Kj
DAFTAR
PUSTAKA
Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta : Erlangga.
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : PT. Gramedia.
Moechtar, 1990, Farmasi Fisik,
UGM-press: Yogyakarta.
Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan
Modern. Jakarta : Erlangga
Sukardjo. 1989. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta
Tim Kimia Fisika I. 2014. Penuntun
Praktikum Kimia Fisika I. Jember: FMIPA Universitas Jember
Perhitungan
Massa
Piknometer kosong + tutup = 26, 2581 g (1)
= 26, 2581 g (2)
= 26, 2584 g (3)
Rata-rata = 26, 2582 g = 26,26 g
Massa
piknometer + air = 35,4384g (1)
= 35,4388 g (2)
= 35,3810 g (3)
Rata-rata = 35,4194 g = 35,42 g
air =
(
(massa piknometer + air) – (massa piknometer kosong + tutup))
air (1)
=
=
0, 918 g/mL
air (2)
=
=
=
0, 918 g/mL
air (3)
=
=
= 0,
918 g/mL
air
=
=
0, 918 g/mL
ü Masaa
jenis Aseton, Alkohol, dan Zat X
Massa jenis Alkohol
Massa =
=
=
7,14 g
1 =
=
= 0,714 g/mL (T1)
Massa =
=
=
7,11 g
2 =
=
= 0,711 g/mL (T2)
Massa =
=
=
7,03 g
3 =
=
= 0,703 g/mL(T3)
Massa jenis Aseton
Massa =
=
=
7,74 g
1 =
=
= 0,774 g/mL (T1)
Massa =
=
=
7,63 g
2 =
=
= 0,763 g/mL (T2)
Massa =
=
=
7,16 g
3 =
=
= 0,716 g/mL (T3)
Massa jenis Zat X
Massa =
=
= 8,9
g
1 =
=
= 0,89 g/mL (T1)
Massa =
=
=
8,93 g
2 =
=
= 0,893 g/mL (T2)
Massa =
=
=
8,92 g
3 =
=
= 0,892 g/mL (T3)
ü Harga
kekentalan (
) bahan :
·
aseton
=
=
=
=
0,406 (T1)
=
=
=
0,408 (T2)
=
=
=
0,367 (T3)
·
alkohol
=
=
=
alkohol = 0,902 (T1)
=
=
alkohol = 1,09 (T2)
=
=
alkohol = 1,05 (T3)
·
Zat X
=
=
=
=
1,06 (T1)
=
=
=
1,04 (T2)
=
=
=
0,98 (T3)
Aseton
1. Ln
0,406= -0,90
2. Ln
0,408= -0,89
3. Ln
0,367= -1,00
Alkohol
1. Ln
0,902= -0,103
2. Ln
1,09= 0,086
3. Ln
1,05= 0,048
Zat
X
1. Ln
1,06= 0,058
2. Ln
1,04= 0,039
3. Ln
0,98= -0,020
ü Tenaga
Pengaktifan zat cair
·
Aseton
y = mx + c
= 770,6x – 3,447
m =
E
= m x R
(R
= 8,314 j / k mol)
= 770,6 x 8,314 j / k mol
= 6406,77 j = 6,40 Kj.
·
Alkohol
y
= mx + c
= -1350x + 4,320
m =
E
= m x R
(R
= 8,314 j / k mol)
= -1350 x 8,314 j / k mol
= -11223,9 j = -11,22 Kj
·
Zat X
y
= mx + c
= 625,6x - 1,893
m =
E
= m x R
(R
= 8,314 j / k mol)
= 625,6x 8,314 j / k mol
= 5201,23 j = 5,20 Kj
Tidak ada komentar:
Posting Komentar