LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I
PENENTUAN ENTALPI ADSORPSI
Nama : Fajrin Nurul Hikmah
NIM : 121810301022
Kelompok : V (Lima)
Kelas : B
Asisten
:
LABORATORIUM KIMIA FISIKA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Praktikum kali
ini akan dibahas mengenai “Penentuan Entalpi Adsorpsi”. Adsorpsi adalah
pengumpulan zat terlarut di permukaan media dan merupakan jenis adhesi yang
terjadi pada zat padat atau cair yang kontak dengan zat-zat lainnya. Proses
adsorpsi oleh karbon aktif terbukti memberikan hasil yang baik dalam
menyisihkan kandungan warna maupun organik. Untuk menghemat biaya dilakukan
modifikasi proses dengan menggunakan sistem kombinasi fisik dan biologi, yaitu
dengan memasukkan karbon aktif ke tangki aerasi lumpur aktif. Pemakaian karbon
aktif dalam tangki aerasi lumpur aktif menghasilkan efisiensi pengolahan yang
lebih baik dan biaya yang lebih ekonomis dibandingkan proses
koagulasi-flokulasi dan proses adsorpsi dengan karbon aktif.
Aplikasi
adsorpsi sering kita jumpai pada kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada sistem
pengolahan air limbah industri tekstil yang banyak ditujukan untuk
menghilangkan warna dan yang umum digunakan adalah koagulasi-flokulasi.
Perubahan kimia selalu diiringi dengan entalpi, begitu juga pada proses
adsorpsi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara
entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi. Entalpi itu sendiri adalah
Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H).
Praktikum kali ini akan membahas tentang entalpi adsorpsi.
1.2 Tujuan
Mempelajari secara kuantitatif
sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorben.
1.3 Tinjauan Pustaka
1.3.1
MSDS
a. NaOH
Bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini adalah salah satunya NaOH. NaOH atau biasa dikenal
dengan nama sodium hidroksida adalah bahan yang berwujud cairan. NaOH tidak
mempunyai bau yang spesifik. Bahan ini tidak mempunyai warna dan juga tidak
mempunyai rasa. NaOH mempunyai pH yang sangat basa yaitu 13,5. Berat molekul
NaOH sebesar 40 g/mol. Titik didih NaOH adalah 1388oC dan titik
leburnya 323oC. NaOH mempunyai spesifik gravitasi sebesar 2,13. NaOH
adalah bahan yang sangat mudah larut dalam air dingin. naOH sangat reaktif
terhadap logam, oksidator, reduktor, asam, alkali, dan kelembapan. Bahan
sangat korosif terhadap aluminium dan
logam lainnya apabila berada dalam keadaan kelembapan. Bahan ini dapat diserap
kulit, kontak kulit, kontak mata, terhirup, dan tertelan. Bahan ini dapat
menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Apabila kontak langsung dengan bahan ini
maka dapat menyebabkan gangguan mata yang berat dan luka bakar. Bahan ini dapat
menyebabkan konjungtivitas kimia dan kerusakan kornea. Bahan ini juga dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan apabila terhirup. Pertolongan yang seharusnya diberikan adalah segera
membilas mata dan kulit dengan air bersih selama kurang lebih 15 menit. Jika
terkena pakaian segera dilepas dan diganti dengan pakaian yang bersih. Jika
tertelan berikan segelas air namun jangan berikan makanan lewat mulut sebelum
ada perintah dari petugas medis. Jika terhirup, korban dibawa ke udara terbuka
dan jika tidak bernafas maka diberikan oksigen untuk membantunya.
Penyimpanannya seharusnya diletakkan pada tempat yang tertutup agar tidak
terkontaminasi dengan udara luar kemudian diletakkan pada tempat yang sejuk dan
kering (www.sciencelab.com,
2013).
b. Asam Asetat
Bahan selanjutnya dalah
asam asetat. Asam asetat adalah senyawa organik asam yang biasanya pemberi rasa
asam dan aroma pada makanan. Nama lain dari asam asetat adalah asam etanoat,atau
asam cuka,atau asam asetat glasial( asam asetat murni ). Rumus empiris dari
asam asetat sendiri adalah C2H4O2 ,sering kali
dituliskan dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H.
Sifat fisik
dari asam asetat adalah senyawa ini mempunyai titik didih 118o C,
titik beku 16,7o C, Berat jenis uap air 2,0 dan merupakan senyawa
higroskopis tak berwarna. Asam asetat
merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format.
Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat,
selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain.
Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di
rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per
tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya
diperoleh dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.Asam asetat
merupakan nama trivial atau nama dagang dari senyawa ini, dan
merupakan nama yang paling dianjurkan oleh IUPAC. Jika dihirup, lepaskan ke udara segar. Jika
tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
medisperhatian segera. Pertolongan
Pertama, jika kontak mata maka periksa dan lepaskan lensa
kontak. Dalam kasus kontak, segera siram mata dengan banyak air
sekurang-kurangnya 15 menit.
Air dingin dapat digunakan. Mendapatkan perhatian medis segera. Kasus kontak kulit, segera siram kulit dengan banyak air
sekurang-kurangnya 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan
sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg melunakkan. Bersihkan sepatu
sebelum digunakan kembali. Mendapatkan perhatian medis segera. Perlindungan pribadi,
keselamatan kacamata atau masker, sarung tangan nitril, ventilasi yang baik. Penanganan dan penyimpanan
yang baik seharusnya adalah menjauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber
penyulutan. Jangan menelan. Jangan menghirup
gas/asap/uap/semprotan. Jangan pernah menambahkan air untuk produk ini. Dalam
hal ventilasi cukup, pakai cocok pernafasanperalatan. Jika tertelan, segera
dapatkan saran medis dan tunjukkan wadah atau label. Hindari kontak dengan
kulit dan mata.
Asam asetat sebaiknya disimpan di kawasan terpisah. Simpan wadah di tempat yang
sejuk dan berventilasi baik. Jaga agar wadah tertutup rapat dandisegel sampai
siap untuk digunakan. Hindari semua kemungkinan sumber api (www.sciencelab.com. 2014 ).
c. Indikator PP
Bahan selanjutnya yang
digunakan adalah indikator pp. Indikator pp adalah indikator asam basa yang
berbentuk bubuk. Warna indikator ini tidak berwarna. Indikator pp memiliki bau
seperti lilin, ttik lebur atau rentang lebur bahan ini adalah 130-167oC.
Titik nyala pada indikator ini yaitu >400oC. Suhu penguraian
bahan ini adalah >300oC. Kepadatan indikator ini yaitu 0,89-0,94
g/cm3. Indikator pp larut dalam air yang mendidih. Bahan ini sedikit
berbahaya dalam kasus kontak kulit, mata, dan terhirup. Namun bahan ini dapat
menimbulkan debu apabila dipanaskan pada suhu >300oC. Debu yang timbul
dapat menyebabkan iritasi pada mata dan pada selaput lendir dan saluran
pernafasan. Selain itu juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Pertolongan yang seharusnya dilakukan adalah segera
membilas mata atau kulit yang terkena larutan ini dengan air bersih kurang
lebih 15 menit. Jika terhirup segera bawa ke udara terbuka dan berikan bantuaan
pernafasan bila diperlukan, Jika
tertelan maka jangan diberikan makanan melalui mulut dan segera hubungi petugas
medis unutk tindakan lebih lanjut. Penyimpanan seharusnya dilakukan pada tempat
tertutup, sejuk dan kering (www.sciencelab.com,
2013).
d. Karbon Aktif
Bahan terakhir yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah karbon
aktif,
atau sering juga disebut sebagai arang aktif,adalah suatu jenis karbon yang memiliki luas permukaan yang sangat besar. Hal
ini bisa dicapai dengan mengaktifkan karbon atau arang tersebut. Hanya dengan
satu gram dari karbon aktif, akan didapatkan suatu material yang memiliki luas
permukaan kira-kira sebesar 500 m2 (didapat dari pengukuran adsorpsi
gas nitrogen).
Biasanya pengaktifan hanya bertujuan untuk memperbesar luas permukaannya saja,
namun beberapa usaha juga berkaitan dengan meningkatkan kemampuan adsorpsi
karbon aktif itu sendiri(www.sciencelab.com.
2014).
1.3.2
Dasar Teori
Adsorpsi atau
penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan atau
kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu
permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat
menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi atau penyerapan berbeda dengan
absorpsi atau penyerapan, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus
ke dalam zat penyerap. Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan
atau larutan, atau masuknya cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika,
absorpsi adalah perubahan energi radiasi elektromagnetik, bunyi, berkas
partikel, dan lain-lain ke dalam bentuk energi lain jika dilewatkan pada suatu
medium. Bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadan tereksitasi
(Daintith, 1994 : 56).
Molekul dan atom dapat menempel pada
permukaan dengan dua cara. Dalam fisisorpsi (kependekan dari adsorpsi fisika),
terdapat interaksi van der Waals antar adsorpat dan substrat. Interaksi Van der
Waals mempunyai jarak jauh, tetapi lemah, dan energi yang dilepaskan jika
partikel terfisiorpsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi
kondensasi. Kuantitas energi sekecil ini dapat diadsorpsi sebagai vibrasi kisi
dan dihilangkan sebagai gerakan termal. Molekul yang melambung pada permukaan
seperti batuan itu akan kehilangan energinya perlahan-lahan dan akhirnya
teradsorpsi padapermukaan itu, dalam proses yang disebut akomodasi. Entalpi
fisorpsi dapat diukur dengan mencatat kenaikan temperatur sampel dengan
kapasitas kalor yang diketahui, dan nilai khasnya berada di sekitar 20 kJ mol-1.
Perubahan entalpi yang kecil ini tidak cukup untuk menghasilkan pemutusan
ikatan, sehingga molekul yang terfisisorpsi tetap mempertahankan identitasnya,
walaupun molekul itu dapat terdistorsi dengan adanya penukaran (Atkins, 1994 :
285).
Proses adsorpsi dapat digambarkan
sebagai proses dimana molekul meninggalkan larutan dan menempel pada permukaan
zat adsorben akibat kimia dan fisika. Ahli pengolahan air membagi adsorpsi
menjadi tiga langkah, yaitu :
- Makrotransport : perpindahan zat pencemar, disebut juga adsorbat (zat yang diadsorpsi), di dalam air menuju permukaan adsorban.
- Mikrotransport : perpindahan adsorbat menuju pori-pori di dalam adsorban.
- Sorpsi : pelekatan zat adsorbat ke dinding pori-pori atau jaringan pembuluh kapiler mikroskopis.
(Gedehace, 2009)
Kinetika adsorpsi
menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh adsorben dalam fungsi waktu.
Adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom atau
molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau
zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam karena tidak ada gaya-gaya lain
yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair
mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi. Pada absorpsi zat
yang diserap masuk ke dalam absorben sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap
hanya terdapat pada permukaannya (Sukardjo, 1989 : 191) .
Permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti antara
gas–cairan dan cairan–cairan) ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga
inilah yang akan teradsorpsi pada permukan dan komponen ini akan sangat
mempengaruhi sifat permukaan. Contoh bila komponen ketiga tadi adalah
n-pentanol (alkohol rantai pendek), yang dilarutkan dalam air maka ketegangan
permukaan air–udara akan berkurang karena adanya adsorpsi n-pentanol tadi.
Contoh lain adalah penambahan sabun untuk menstabilkan emulsi air–minyak.
Kestabilan akan meningkat karena dalam kasus ini molekul sabun akan teradsorpsi
pada permukan antara kedua cairan dan menurunkan tegangan permukaan. Kasus
diatas, komponen ketiga yang ditambahkan adalah molekul yang teradsorpsi pada
permukaan dinamakan surfaktan(Bird, 1993).
Adsorben yang permukaannya besar, maka adsorpsinya juga makin
besar. Makin besar konsentrasi, makin banyak zat yang diadsorpsi. Sifat
adsorpsi pada permukaan zat padat adalah sangat selektif, contohnya pada
campuran zat hanya satu komponen yang diadsorpsi oleh zat padat tertentu.
Pengaruh konsentrasi larutan terhadap adsorpsi dapat dinyatakan sebagai berikut
:
X/m
= K.Cn
dimana
:
X
= berat zat yang diadsorpsi
m
= berat adsorben
c
= berat adsorben pada keadaan setimbang
n
& k = tetapan adsorpsi
Jika
ditulis dalam logaritrna :
log
= n log C + log k
maka
dengan membuat grafik log lawan log C, maka n dan k dapat ditentukan (
slope = n dan log k = intersep).
Menurut persamaan Langmuir (adsorpsi isoterm Langmuir) dengan
notasi yang sama, hanya bentuk-bentuk tetatapannya yang berbeda.
(Tim Penyusun, 2014 : 3).
Jenis-jenis bahan yang
dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk gas-gas yang dapat larut,
atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan), natrium hidroksida
(untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam sulfat (untuk gas-gas
yang dapat bereaksi seperti basa).Dalam proses adsorpsi dikenal juga kolom
adsorpsi dimana kolom adsorpsi itu sendiri adalah suatu kolom atau tabung
tempat terjadinya proses pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang
dilewatkan di kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat
yang terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut (Warnana, 2007 : 49).
BAB
2. Metodelogi Percobaan
2.1. Alat dan Bahan
2.1.1
Alat
-
Erlenmeyer 250 mL
-
Buret 50 mL
-
Corong gelas
-
Kertas saring
2.1.2
Bahan
-
NaOH 5 M
-
Indikator pp
-
Asam Asetat 1 M
-
Karbon Aktif
2.2. Skema kerja
-dibuat
masing-masing sebanyak 50 mL, dengan konsentrasi 1,0;0,8;0,6;0,4;0,2 M
-diambil
10 mL setiap larutan untuk dititrasi dengan 0,5 M NaOH dengan menggunakan
indikator pp. Hasil titrasi menunjukkan konsentrasi asam asetat mula-mula
-diambil
setiap larutan sebanyak 25 mL dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan
kedalam masing-masing larutan 3 gram adsorben (karbon aktif) ,kocok selama 10
menit dan tutup dengan kertas saring dan diamkan selama 5 menit. Masing-masing
filtrat diambil 10 mL dan diberi indikator 2 tetes, kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH, sehingga dapat diketahui asam asetat sisa yang ada dalam larutan.
Ditentukan asam asetat yang diadsorpsi.
BAB
3 Hasil dan Pengolahan Data
3.1
Hasil
Konsentrasi
CH3COOH (M)
|
Volume
NaOH (mL)
|
Massa
kertas saring (g)
|
Massa
kertas saring + karbon (g)
|
Massa
karbon (C) g
|
|
Sebelum
(a)
|
Sesudah
(b)
|
||||
0,2
|
2,8
|
1,7
|
1,093
|
4,570
|
3,477
|
0,4
|
3,7
|
3,4
|
1,134
|
4,538
|
3,404
|
0,6
|
5,9
|
5,3
|
1,049
|
4,440
|
3,391
|
0,8
|
8,0
|
6,6
|
1,075
|
4,532
|
3,448
|
1,0
|
9,9
|
8,1
|
1,005
|
4,432
|
3,377
|
3.2
Pengolahan Data
Konsentrasi CH3COOH
|
M (g)
|
X (g)
|
Log X/M
|
Log C
|
0,2
|
3
|
0,022
|
-2,14
|
0,541
|
0,4
|
3
|
0,006
|
-2,7
|
0,531
|
0,6
|
3
|
0,012
|
-2,4
|
0,530
|
0,8
|
3
|
0,028
|
-2,03
|
0,537
|
1,0
|
3
|
0,036
|
-2,92
|
0,528
|
n = 12,25
k = 1,68 × 10-9
BAB
4 PEMBAHASAN
Praktikum kali ini tentang
penentuan entalpi adsorpsi. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk
mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi suatu bahan adsorben.
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan pada permukaan suatu adsorpben.
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam asetat (CH3COOH). Konsentrasi asam asetat divariasikan menjadi 1,0 M; 0,8 M; 0,6 M; 0,4 M; 0,2 M. masing asam asetat tersebut dibuat
dalam volume 50 mL. Kemudian diambil masing-masing 10 mL untuk dititrasi dengan
menggunakan NaOH 0,5 M. Sebelum
dititrasi larutan asam asetat ditambahkan
indikator pp terlebih dahulu sebanyak dua tetes. Titrasi ini menggunakan indikator pp yang memiliki
rentang pH 8,3–10,dimungkinkan pH dari garam pada titik ekuivalen adalah
pada pH basa,karena
garam ini berasal dari basa kuat yng berupa NaOH dan asam lemah yang berupa CH3COOH. Penggunaan
indikator pp juga bertujuan untuk mengetahui kapan titik ekuivalen terjadi. Semakin
tinggi konsentrasi asam asetat, maka larutan akan semakin asam, sehingga
semakin banyak jumlah basa NaOH yang dipakai untuk mencapai titik akhir
titrasi. Reaksi yang
terjadi saat titrasi berlangsung adalah sebagai berikut:
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) à CH3COONa (aq) + H2O
(l)
Setelah
dilakukan titrasi pada semua variasi konsentrasi larutan maka didapat data
volume NaOH yang dibutuhkan sampai titik ekuivalen. Volume NaOH ini biasa
disimbolkan dengan huruf a. Langkah selanjutnya yaitu memasukkan masing-masing
tiga gram karbon aktif pada masing-masing 25 mL variasi konsentrasi larutan
asam asetat. Kemudian dikocok selam 10 menit dan didiamkan selama lima menit.
Pengocokan larutan setelah penambahan karbon aktif bertujuan supaya terjadi
penyerapan warna dari larutan. Erlenmeyer harus ditutup dengan kertas saring saat
pengocokan agar larutan tidak terpecik keluar erlenmeyer serta menghalangi
gangguan dari luar sehingga larutan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang
dapat mempengaruhi daya asam asetat oleh karbon aktif. Tujuan
dari didiamkannya larutan yaitu agar larutan mencapai kesetimbangan.
Langkah
selanjutnya yaitu menyaring larutan tersebut dengan kertas saring. Kemudian
masing-masing filtratnya diambil 10 mL dan ditetesi dengan indikator pp lalu
dititrasi dengan NaOH. Volume NaOH yang didapat disimbolkan dengan huruf b.
Volume NaOH pada titrasi kali ini lebih sedikit karena adanya asam asetat yang
teradsorpsi oleh karbon, sehingga proses titrasi berlangsung lebih cepat. Lalu
filtrannya yang berupa karbon aktif ditimbang untuk memperoleh berat adsorben dalam keadaan setimbang ( c ). Penimbangan dilakukan saat karbon dalam keadaan kering atau berbentuk
serbuk lagi. Dari penimbangan didapat nilai c. Dan kemudian
dihitung nilai log c untuk dibandingkan dengan banyaknya massa zat yang
teradsorpsi dalam grafik. Grafik yang didapat dari hasil perhitungan yaitu
sebagai berikut:
Berdasarkan grafik
diatas diketahui bahwa kurva yang didapat tidak linear. Hasil ini menunjukkan
adanya kesalahan dalam praktikum. Kesalahan mungkin disebabkan karena kurang
telitinya praktikan dalam melakukan percobaan.
BAB
5 PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:
a.
Karbon aktif memiliki daya adsorpsi yang
baik terhadap asam asetat.
b. Semakin
kecil konsentrasi semakin sedikit jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi,
begitu pula sebaliknya semakin semakin besar konsentrasi semakin banyak pula
jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
c.
Jumlah NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi asam asetat
yang telah diadsorpsi lebih sedikit dibandingkan jumlah NaOH yang dibutuhkan
untuk titrasi pertama (tanpa karbon).
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan membaca terlebih
dahulu langkah-langkah praktikum dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan
pada saat praktikum berlangsung
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2014.
MSDS Natrium Hidroksida.
http://wikipedia.org/natrium hidroksida.html. [12 Maret 2014].
Atkins,
P.W. 1997. Kimia Fisika. Jakarta :
Erlangga.
Bird,
Tony. 1993. Kimia Fisik untuk Universitas.
Jakarta : Erlangga.
Dainith, John. 1994. Kamus Kimia Lengkap Edisi baru. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka Cipta
Tim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika I. Jember: FMIPA
Universitas Jember.
Warnana,
Dwa Desa, dkk. 2007. Termodinamika.
Jakarta : Universitas Terbuka.
www.gedehace.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar